Hikmah dari Sarang Laba-laba

Saudaraku, masihkah ingat bulan-bulan yang lalu ada kejadian ‘kisah cinta’ yang berakhir dengan pembunuhan? Hanya karena cemburu, seorang perempuan menjadi korban pembunuhan terencana oleh mantan pacarnya sendiri. Miris sekali kalau melihat perilaku remaja seperti itu. Bagaimana bisa seorang remaja sampai begitu tega menghilangkan nyawa seseorang hanya gara-gara hal sepele?
 
Akibat Lemahnya Iman 
Hal ini terjadi karena lemahnya iman seseorang, keputus-asaan, amarah yang tidak terkendali, dendam kesumat, dan ujung-ujungnya karena hatinya kosong dari ketauhidan. Ini juga merupakan akumulasi dari kegelisahan seorang manusia yang tidak memiliki iman kuat, sehingga hidupnya penuh dengan kegelisahan, amarah dan bisa jadi dalam hatinya sudah tidak ada keyakinan atas kekuasaan Allah SWT.
 
Bukan hanya kejadian tersebut, lemahnya iman juga bisa dilihat dari beberapa kasus yang pernah terjadi, misalnya ada seorang calon legislatif yang tidak terpilih, menjadi stres, seorang artis cantik populer yang mati bunuh diri karena minum obat over dosis, seorang profesor yang sangat cerdas dan seorang trainer sukses dan menjadi jalan kesuksesan orang lain tidak mampu menerima takdir Allah hingga membunuh diri dan anak satu-satunya yang punya keterbelakangan mental. Betapa rapuhnya hati manusia itu kalau tidak dikuatkan dengan keimanan dan keyakinan kepada Allah. 
 
Sekarang yang harus kita tafakuri adalah dengan melihat diri kita sendiri. Bagaimana sikap dan perilaku kita ketika kehilangan orang yang dicintai? Marahkah? Sedihkah? Atau ketika keinginan banyak dunia namun yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan, kecewakah atau putus asakah? Semoga saja kita tidak seperti itu, karena bisa jadi semua itu terjadi karena lemahnya iman.
 
Perumpamaan Rumah Laba-laba
Lemahnya iman bisa menghinggapi siapa saja ketika kita bersandar kepada selain Allah. Allah SWT mengumpamakan bagi orang-orang yang lemah iman itu dengan sarang laba-laba. Yang mana seekor laba-laba untuk membuat sarangnya membutuhkan waktu lama, pengorbanan yang besar, dan resiko berat. Namun hasilnya sarang itu sangat rapuh, terkena angin sepoi-sepoi saja bisa rusak. Allah menjelaskannya dengan ayat berikut ini:
 
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui.” (QS. al-Ankabut [29]: 41)
 
Allah bisa memberikan perumpamaan bagi kita dengan apa saja, termasuk perumpamaan seekor laba-laba yang membuat sarangnya dengan jerih payah namun begitu rapuh hingga mudah rusak. Ini memberikan gambaran bahwa apabila manusia mengambil pelindung dalam hidupnya selain Allah, maka akan rapuh, mudah terkoyak oleh bujuk rayu syetan yang terkutuk. 
 
Lemah atau rapuhnya iman terjadi karena seseorang tidak ingat akan kekuasaan Allah. Ia menganggap kebahagiaan itu datang dari hal selain Allah. Misalnya, pasangan suami-istri yang saling mencintai tanpa berlandaskan pada cinta kepada Allah, ketika salah satu dari mereka pergi—baik itu meninggal ataupun bercerai—maka pasangannya merasakan duka yang berlebihan, bahkan seperti dunia ini runtuh baginya. Atau lebih jauh lagi tidak ada lagi semangat untuk hidup dan ingin bunuh diri. Hal ini sangat mengerikan dan menyedihkan.
 
Sebagian orang ada yang menganggap kebahagiaan itu datangnya dari kedudukan. Kedudukan yang membuatnya memiliki posisi tinggi, hingga dia menuhankan kedudukan. Lalu, apabila kedudukan itu berakhir, berakhir pulalah kebahagiaan yang ia rasakan. Ada juga yang menganggap kebahagiaan itu datangnya dari kepopuleran. Dia sangat senang sekali punya banyak penggemar dan dielu-elukan banyak orang, sehingga tidak ingat kepada Allah dan tanggung jawabnya kepada Allah atas perbuatannya. Ketika Allah SWT membukakan sedikit aibnya, dan orang-orang mulai meninggalkannya, kehidupannya pun jatuh terpuruk.
 
Para pengusaha mungkin menganggap kebahagiaan itu datangnya dari kesuksesan mendapatkan laba/keuntungan yang besar. Padahal kesuksesan itu sendiri tidak pernah memuaskan hatinya. Dia akan selalu iri dengan kesuksesan orang dan merasa kurang sukses walaupun sebenarnya dia sudah sukses. Hawa nafsu duniawi memang akan terus menggoda manusia agar tidak puas dan bersyukur dengan apa yang telah didapatkannya. Yang ada adalah sesuatu yang tidak ada, sehingga hidupnya gersang mudah terkoyak dengan tiupan godaan syetan terkutuk.
 
Bersandar kepada Allah
Yakinlah saudaraku bahwa tidak pernah ada kebahagiaan untuk orang-orang seperti ini. Karena apa yang menjadi sandaran mereka tidak menjamin kebahagiaan. Kalau dahulu orang menyembah berhala, sekarang berhalanya tidak berupa patung, tapi berupa manusia, kedudukan, kepopuleran dan kepintaran. Yang akan memberikan kebahagiaan adalah ketika kita bersandar kepada Allah SWT. Tentu bukan berarti dilarang untuk kaya, populer atau punya jabatan, tapi jadikanlah semua itu sebagai amanah, sehingga hati senantiasa bersyukur ketika mendapatkan lebih dan tetap bahagia saat diberikan kurang.
 
Saudaraku, mari kembalikan hati kita kepada pemiliknya dan pemilik kebahagiaan yaitu Allah Swt. Tidak ada kebahagiaan yang bukan bersumber dari-Nya. Boleh kita mencintai seseorang, namun ingat orang yang kita cintai bisa diambil oleh Allah. Boleh kita menginginkan harta, tapi ingat harta bisa diambil oleh Allah dalam sekejap. Dan kita boleh menginginkan kedudukan, tapi yakinlah yang mengangkat derajat hanyalah Allah. Harta, cinta, kedudukan, kepopuleran janganlah dijadikan tujuan. Tujuan dan pelindung kita hanyalah Allah yang Mahakekal, Mahakokoh yang tak pernah lupa memberikan rezekinya untuk kita semua. \
 
Penulis: Ummu Ghaida Muthmainnah (Teh Ninih)

https://dpu-daaruttauhiid.org/web/article/detail/hikmah-dari-sarang-laba-laba