Bersedekah, Amalan Ringan tapi Sarat Hikmah

Sampaikanlah walau satu ayat. Sering telinga kita mendengar hadis tersebut. Begitu dalam maknanya bila kita bisa memahami dan menjalankannya. Sama halnya dengan amalan, lakukanlah walau sedikit tetapi sering dan istiqamah. Itu lebih Allah SWT sukai daripada amalan banyak, namun jarang dilakukan.

Pada sisi lain, hikmah bisa datang kapan saja dan di mana saja. Sama seperti halnya ketika saya memperoleh hikmah mendalam dari seorang ustaz. Sedekah! Ya, kata ini sering saya ucapkan dan dengar. Namun, belum begitu termaknai hingga akhirnya ada seorang ustaz dari Cirebon yang menceritakan pengalaman dan keyakinannya berkaitan dengan sedekah.

“Allah Mahapemberi rezeki, karena itu keluarkanlah 2,5 persen dari harta yang kamu punya,” ujar ustaz tersebut yang masih terngiang di telinga saya. Ustaz itu kembali berkata, “Saya yakin Allah Mahapemberi rezeki, saya tidak menggunakan uang sepeser pun ketika hendak ke Cirebon, dan benar saja, ada yang memberi tumpangan kepada saya untuk ke Cirebon. Bahkan ketika sampai di sana, saya dijamu, diberikan tempat tinggal dan pekerjaan oleh kiai di Cirebon tanpa menyuruh saya untuk menimba ilmu.”

Kisah ustaz tersebut entah mengapa begitu membekas di hati saya. Selama ini saya biasa bersedekah, namun belum termaknai hingga membuat saya istiqamah melakukannya. Namun sejak mendengar kisah tersebut, saya menjadi yakin bahwa Allah Mahapemberi rezeki kepada hambanya yang mau bersedekah. Tentu saja, kasih sayang Allah atau rahmatnya yang saya harapkan. Adapun rezeki atau kemudahan lainnya dalam hidup karena bersedekah, bagi saya itu suka-suka Allah saja yang mengaturnya. 

Saya mulai dari diri sendiri untuk istiqamahkan bersedekah. Kemudian beranjak kepada keluarga, teman di kantor dan tetangga sekitar saya ajak untuk istiqamah bersedekah. Waktu berlalu, saya pun dipercaya oleh beberapa handai taulan untuk menyalurkan sedekah mereka kepada yang membutuhkan. Begitu pula di kantor dan di lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal, saya ditunjuk sebagai  bagian keagamaan. Mungkin, selain saya sering mengajak mereka agar bersedekah, bisa jadi karena paras saya yang seperti keturunan Arab, membuat saya dipercaya mengelola bagian keagamaan. Alhamdulillah, saya terima amanah tersebut dengan senang hati.

Yakin, Allah Mahapemberi Rezeki
Pada masa saya masih aktif bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), peraturan pemerintah ketika itu harus saklekdijalankan. Salah satu contohnya, program Keluarga Berencana (KB) dan imunisasi yang marak digaungkan. Namun, saya yakin Allah Mahapemberi rezeki dan juga kesehatan, sehingga saya dan istri yang juga PNS memutuskan tidak mengikuti program-program tersebut. Saya pun dianugerahi buah hati sebanyak 7 orang. Jumlah anak yang kiranya sangat jarang, bahkan mungkin bisa dihitung dengan jari pada masa itu.

Dampaknya, saya dan istri dipanggil oleh kepala kantor karena tidak mengikuti program pemerintah. Tapi saya meyakinkan bahwa program KB imunisasi tidak ada acuannya dalam Alquran dan Sunnah. Sehingga, saya dan istri memutuskan untuk tidak mengikuti. Mendengar argumen saya, kepala kantor tidak bisa berkata apa-apa. Ia kemudian hanya menyuruh saya tetap memiliki buku KB sebagai formalitas saja.

Rezeki untuk Berhaji
Seiring dengan waktu, masa pensiun saya akan tiba. Saya bernazar hendak pergi haji. Namun, ternyata uang saya masih kurang sekitar 10 juta. Apalagi saya berniat pergi haji bersama istri. Tidak ingin rasanya pergi haji sendiri tanpa ditemani istri yang sudah puluhan tahun hidup bersama. Kembali saya berdoa kepada Allah, semoga saya dan istri bisa bersama menjalankan rukun Islam kelima itu.

Alhamdulillah, untuk pertama kali dan satu-satunya hingga saat ini, biaya haji di Indonesia mengalami penurunan. Sebelumnya, pada tahun 1999, biaya haji sekitar 25 juta. Tetapi pada tahun 2000,  biaya haji turun menjadi 17,5 juta. Hal tersebut membuat saya dan istri begitu bersyukur karena biaya pergi haji cukup bagi kami berdua. Subhanallah, kemudahan yang telah Allah SWT berikan.

Kemudahan-kemudahan yang Allah berikan ini, membuat saya yakin akan makna sedekah yang telah dilakukan. Hingga saat ini, deretan nama-nama para janda miskin, yatim dan dhuafa ada di catatan buku harian saya. Tiap bulan saya menyampaikan amanah sedekah yang telah dititipkan. Saya pun baru merasa tenang bila sudah menuntaskan amanah tersebut.

Bila saya sakit, satu yang saya ingat, catatan dan uang yang belum diberikan kepada yang berhak menerimanya. Saya menjadi gelisah. Istri saya yang kemudian saya beri amanah untuk memberikan sedekah itu. Dengan istiqamah bersedekah, semakin membuat saya senang, tenang dan dekat dengan Allah SWT. Semoga Allah menerima amalan ini, yakni berbagi melalui sedekah. Aamiin.

https://dpu-daaruttauhiid.org/web/article/detail/Bersedekah-Amalan-Ringan-tapi-Sarat-Hikmah