Berjalanlah Kawan

Semua orang setuju kalau gerak fisik memiliki dampak positif bagi kesehatan, baik kesehatan fisik maupun psikis. Gerak fisik memungkinkan aliran darah di tubuh menjadi lebih lancar, tersalurkannya beragam emosi negatif, dan menjadikan tubuh bisa mendapatkan asupan oksigen yang memadai. Itulah mengapa, gerak fisik menjadi alat promosi kesehatan yang sangat efektif. Gerak fisik termasuk upaya pencegahan primer bagi timbulnya penyakit, yaitu dengan mengondisikan tubuh agar berada dalam kondisi bugar dan sehat.
Pada kenyataannya, menjadi aktif secara fisik memiliki banyak manfaat, baik dari perspektif agama maupun sosial. Aktif fisik akan mengondisikan tubuh untuk memiliki kekuatan sehingga bisa melakukan tindakan secara fisik secara optimal. Misal, ibadah yang melibatkan aktivitas fisik di dalamnya, contohnya salat dan ibadah haji. Dengan tubuh yang sehat, seseorang akan memiliki energi untuk melakukan beragam pekerjaan produktif yang menghasilkan keuntungan ekonomi dan sosial. Seseorang bisa melakukan perjalanan dan terlibat dalam beragam kegiatan sosial, seperti mengunjungi kerabat, mengunjungi orang sakit, gotong royong membersihkan lingkungan, mengikuti klub sepeda santai, dan lainnya. Semua ini memiliki manfaat sosial dan psikologis yang tidak akan tercapai tanpa adanya kebugaran fisik.
Mengingat pentingnya gerak fisik, Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap aktivitas yang satu ini. Di dalam al-Quran dan hadis kita menemukan banyak keterangan tentang keutamaan gerak fisik. Salah satunya terungkap dalam terma ”berjalan”. Ya, berjalan. Khususnya “jalan kaki”. Kita seringkali memandang remeh aktivitas jalan kaki. Padahal, di dalamnya terkandung sekian banyak tanda kebesaran Ilahi.
Dari kacamata biologi medis misalnya, berjalan adalah cara kita mensyukuri nikmat Ilahi yang telah mengaruniakan serangkaian saraf sensoris, motoris, keseimbangan, tulang, sendi, dan otot-otot rangka yang saling berkoordinasi sehingga bisa bekerja melayani. Ada nervus ischiadikus dan peroneusyang bekerja sama dengan otot gastrocnemius, plantar pedis, tibia-fibula atau tulang jering, dan sendipatela alias lutut yang memungkinkan manusia untuk bergerak, baik lambat (berjalan) maupun cepat (berlari).
Tidak hanya itu saja, otot-otot quadriceps femularis, sartorius, grasilis, bahkan gluteus maksimus danminimus serta tulang paha dan panggul ikut pula terlibat. Tulang belakang apalagi. Begitu pun di dalamnya, jaras sensorik di kornu posterior vertebra akan membawa pesan ke otak, sedangkan jaras motorik yang melalui traktus kortikothalamikus dan kortikospinalis alias piramidalis membawa perintah untuk bergerak yang direncanakan di area Broadmann 4 dan 6. Hal ini kemudian diterjemahkan menjadi gerak oleh pusat asosiasi motorik di lobus frontalis. Pesan ini selanjutnya diteruskan oleh saraf motorik yang keluar dari kornu anterior tulang belakang sampai ke kaki yang akan berjalan.
Betapa kompleksnya aktivitas ”sederhana” yang bernama ”jalan kaki”. Inilah salah satu nikmat dari Allah kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Memang, ada banyak binatang yang juga bisa berjalan, akan tetapi tidak ada yang menyamai kesempurnaan manusia. Manusia bisa berjalan tegak dengan bersandar pada kedua kakinya (bipedal). Dia pun bisa mengatur gerakan dan kecepatan jalannya, bisa lambat, bisa agak cepat, bahkan bisa sangat cepat. Hal ini telah memungkinkan manusia bisa eksis dan membangun peradaban yang tidak mungkin dilakukan oleh makhluk lainnya. Dapatkah Anda bayangkan seandainya manusia tidak berjalan dengan tegak?
Maka, tidak mengherankan apabila al-Quran mengulang-ulang kata “berjalan” ini di dalam banyak ayatnya. Ada beberapa jenis berjalan yang disebutkan dalam al-Quran, antara lain: berjalan di bumi (QS. 7:195, 24:45, 25:63, 31:18), berjalan di pasar (QS. 25:7), berjalan dengan malu (QS. 28:25), dan lainnya. Al-Quran menyebutkan pula beberapa cara berjalan yang baik, antara lain: langkah tegas (thubuut al-aqdaam), berjalan di atas kaki, berjalan lurus (mashyu sawiy), dan berjalan dengan etiket (mashy wal adab). Etiket berjalan lebih ditekankan bagi seorang perempuan: berjalan dengan rasa malu (mashyu hayaa bi) dan tidak membuat pola suara yang dapat menarik perhatian kaum laki-laki. (Tauhid Nur Azhar)

https://dpu-daaruttauhiid.org/web/article/detail/Berjalanlah-Kawan