Siapa tidak kenal Ashabul Kahfi? Kisah tentang tujuh pemuda beriman kepada Allah, dan mengasingkan diri menyelamatkan imannya ke sebuah gua. Mereka tertidur selama 309 tahun, tapi ajaibnya kondisi fisik mereka tidak berubah sama sekali.
Kisah yang diberitakan dalam al-Quran ini sarat hikmah. Tak hanya menunjukkan tanda-tanda kekuasaaan Allah, namun juga gamblang mengabarkan bagaimana karakter seorang pemuda Islam (pemuda Kahfi).
Jadilah Pemuda Kahfi
Peradaban Islam pun tak lepas dari kiprah para pemuda. Sejarah mencatat bagaimana seorang pemuda berusia 18 tahun dipercaya memimpin pasukan besar Islam. Ia adalah Usamah Bin Zaid bin Haritsah. Panglima perang termuda kesayangan Rasulullah saw.
Lalu, sosok pemuda penakluk Konstantinopel. Suatu kota yang ketika itu (abad ke-15 M) merupakan pusat kebudayaan dunia. Rasulullah bersabda, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad bin Hanbal Al Musnad 4/335)
Janji Rasulullah menjadi kenyataan. Delapan abad kemudian, seorang hamba Allah terpilih, Muhammad II al-Fatih menaklukkan Konstantinopel di usia 21 tahun. Penantian umat Islam berabad-abad berbuah indah. Hal itu melalui kiprah seorang pemuda.
Ini artinya setiap peradaban dunia pasti dibangun oleh peluh para pemuda. Kucuran keringat mereka berpadu dengan pemikiran fundamental untuk mendobrak kejumudan berpikir masyarakat tempat mereka hidup. Bermodalkan landasan keimanan lilahi ta’ala dan visi rahmatan lil ‘alamin, mampu menjadikan sebuah impian jadi kenyataan.
Merekalah, sosok pemuda yang memiliki karakter pemuda Kahfi. Mereka ada di setiap generasi. Menjadi sumbu peradaban yang dibangun untuk menyempurnakan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah semata.
Kalimat Tauhiid
Lalu, seperti apa karakter dari pemuda Kahfi? Pemuda Kahfi adalah sosok pemuda yang teguh memegang keyakinan hanya untuk Rabbnya. Menentang ketidakadilan dan berupaya mengubahnya semata-mata karena ketundukan kepada illahnya manusia. Cinta dan harap ditujukan hanya untuk sang kekasih, Allah azza wa jalla.
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi [18]: 28 ).
Pemuda Kahfi adalah mereka yang meletakkan keimanan kepada Allah sebagai ruh dalam kehidupannya. Meyakini kebenaran hanya datang dari Allah, yang disampaikan lewat utusan-Nya, Rasullah saw. Bukan kebenaran versi pemikiran manusia (isme) atau warisan nenek moyang (tradisi/kultural).
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir…". (QS. Al Kahfi [18]: 29 ).
Inilah karakter pemuda Kahfi. Sosok yang dalam jiwanya bersemayam kalimat tauhid “Laa Ilaaha llallah”. Kalimat ini merupakan pengakuan mutlak seorang muslim yang hanya menjadikan Allah SWT sebagai Tuhannya. Ia adalah hamba dan Allah adalah Rabb.
Implikasinya, ia hanya mau diatur oleh aturannya Allah, bukan aturan buatan manusia. Ia meletakkan Allah sebagai satu-satunya yang mutlak dicintai dan ditakuti, bukan makhluk ciptaannya. Ia memperjuangkan kekuasan Allah saja yang harus tegak di muka bumi ini, bukan kekuasaan dari thagut (sesembahan selain Allah).
Adakah pemuda bermental seperti para pemuda Kahfi itu? Jika ada, di manakah ia kini? Insya Allah, para ‘pemuda Kahfi’ akan selalu terlahir di setiap zaman. Semoga, salah satunya adalah kita. Pemuda Islam yang melepaskan ketergantungan dari makhluk dan menisbatkan diri hanya kepada Allah. (Suhendri Cahya Purnama)
https://dpu-daaruttauhiid.org/web/article/detail/Di-Mana-Dicari-Pemuda-Kahfi
Posting Komentar