Mandiri Itu Mulia

Saudaraku, kemuliaan (izzah) itu diberikan oleh Allah SWT kepada yang mandiri. Seperti anak-anak yang mandiri cenderung lebih disegani dari anak-anak manja. Begitu halnya remaja mandiri lebih tinggi kemuliaannya di sisi Allah. Masjid yang mandiri lebih disegani daripada masjid yang terus-menerus tergantung kepada makhluk. Tentu saja sebuah bangsa yang mandiri juga lebih disegani.
Kemandirian adalah salah satu yang membuat seseorang dimuliakan oleh Allah. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia membutuhkan orang lainnya. Tetapi jangan pernah menikmati membebani orang lain. Contohnya dalam mencukur rambut.
Misalkan, kita minta tolong teman yang mencukur. Sebetulnya, pada saat yang sama, kemuliaan kita sudah turun. Kecuali kalau kita membayarnya. Mungkin teman kita tidak mau dibayar. Katakan kepadanya kalau, “Ini bukan bayaran, tapi ini adalah rezeki dari Allah untuk saudara.” Sehingga izzahkita naik lagi.
Mungkin ada kalanya kita tidak punya pilihan. Tapi ingat, jika kita terus menerus menjadi beban, maka kita akan kehilangan izzah. Kalau kita mengeluarkan uang untuk menjaga kehormatan di jalan Allah, yakinlah tidak rugi dan rezeki kita juga akan diganti oleh-Nya.
Kalau pun kita memang terpaksa harus membebani orang lain, maka balaslah, dan kalau bisa dengan kebaikan yang lebih. Bulatkan tekad bahwa: “Saya harus membalas budi.” Tidak ada enaknya kalau kita menjadi beban bagi orang. Karena itu tidak sesuai dengan jalan kemuliaan.
Rasulullah saw adalah orang yang mandiri. Betapa kemandirian Rasul bisa dirasakan sejak saat masa kecil. Beliau yang melihat langsung kematian sang ibu, dalam perjalanan pulang dari berziarah di makam sang ayah. Rasul dibantu Barakah al-Habsyiyyah atau Ummu Aiman mengantar kembali jenazah sang ibu dari tengah padang pasir. “Dia (Barakah) adalah ibuku setelah ibuku,” kata Rasul. Dan pada waktunya, anak Barakah, yakni Usamah bin Zaid, pun begitu beliau cintai dan sering beliau pangku.
Jadi, semakin tinggi derajat seseorang di sisi Allah SWT, sebetulnya dia semakin tidak mau tergantung kepada selain-Nya. Sekecil apa pun akan menjaga hati. Karena itu, kemandirian ini sama sekali tidak menjadikan kita sombong dan ujub.
Kemandirian merupakan salah satu hikmah dari asma Allah, al-Qayyuum. Yang Mahaberdiri Sendiri. Allah tidak membutuhkan sesuatu pun dalam mengurus semesta ini. Sedangkan kita, semandiri apa pun pasti tetap membutuhkan sesuatu. Allah yang terus-menerus mengurus kita. Dan semua amal ibadah yang kita lakukan adalah untuk diri kita sendiri. Mari jaga kemuliaan kita di sisi Allah, dengan membangun kemandirian dan terus memperbanyak kebaikan. (KH. Abdullah Gymnastiar) 
https://dpu-daaruttauhiid.org/web/article/detail/Mandiri-Itu-Mulia