Ada Apa di Hati Manusia

Keindahan dunia sangat memesona. Membuat hati manusia lalai kepada pencipta dan pemilik dunia. Hari-hari hanya sibuk meramaikan kehidupan dunia tanpa makna. Yang penting bisa bersenang-senang, menikmati segala yang ada, lupa dengan peran utama manusia diciptakan sebagai khalifah. Sebagaimana firman Allah dalam surah Faathir [35] ayat 39, “Dialah yang menjadikan kamu khallifah-khalifah di bumi....”
Sebagai khalifah, apakah selama di dunia ini menabung pahala atau justru menabung dosa? Hati manusia begitu banyak isinya, begitu banyak suaranya, begitu banyak lintasannya. Jika tidak hati-hati, yang ada hanya ada dosa. Dosa lalai kepada Allah, tak bersyukur, prasangka buruk, sombong, ujub, dengki, pamer, dendam, ghibah, fitnah, tamak terhadap dunia dan berbagai dosa hati lainnya. Belum lagi hati terisi berbagai urusan dunia yang menyita pikiran dan perasaan. Masalah  pasangan, anak, harta, jabatan, pekerjaan, rindu penghormatan, pujian, penghargaan, dan popularitas.
Banyak orang tidak menyadari bahwa masalah datang karena telah berbuat dosa, yang tampak atau pun tersembunyi. Letaknya di hati, halus, tak terasa, terlupakan, dan dilakukan berulang-ulang. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah asy-Syura [42] ayat 30, “....dan apa saja yang menimpa kamu maka adalahdisebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.” 
 Periksa Niat
Salah satu dosa halus yang terlupakan adalah salah niat dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Bukan karena Allah, tapi karena berharap dari selain Allah. Sesuatu  yang bersifat  material maupun non material.
Waspadai hati jangan sampai  salah niat. Mau nikah niatnya apa? Apakah benar untuk ibadah atau untuk mendapatkan kesenangan dunia. Mau kuliah atau sekolah, belajar niatnya apa? Apakah sungguh-sungguh untuk mengamalkan ilmu dan memberi manfaat, atau sekadar mendapat titel untuk dibanggakan dan modal cari kerja agar dapat gaji besar? Melayani suami benarkah sebagai jalan mencintai Allah, atau agar dicintai suami? Menyampaikan ilmu sebagai dosen, ustad, guru, betulkah tulus untuk menebar ilmu agar orang merasakan manfaatnya, atau untuk mengejar gaji dan kehormatan? Banyak hal yang dilakukan manusia dengan alasan untuk urusan dunia, tapi tidak ada Allah di hati. Allah diposisikan bukan yang utama.
Niat sangat menentukan hasil, karena setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkan. Jika tidak hati-hati dalam niat, maka semua yang dilakukan tak ada nilainya di sisi Allah SWT. Di akhirat nanti bukannya menuai pahala, tapi berlimpah dosa karena ada tandingan selain Allah yang dituju.
Renungkanlah sabda Rasulullah saw dalam Hadis Riwayat Ahmad berikut ini: “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti terhadap kalian adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya, ’Apa syirik kecil itu ya Rasul?’ Beliau menjawab, ‘Riya.’ Di hari kiamat nanti tatkala seluruh manusia dibalas atas amal-amalnya,, Allah akan berfirman kepada mereka, ‘Pergilah kalian kepada orang-orang yang dulu kalian ingin dilihat oleh mereka ketika di dunia, apakah kaian akan mendapatkan balasan dari mereka?
Banyak orang mendapat masalah dalam hidupnya setelah mengevaluasi diri, ternyata salah satunya bersumber dari salah niat. Periksa niat di awal, di tengah, dan di akhir. Benarkah sungguh-sungguh mencari rida Allah SWT? Teruslah luruskan niat. Jika ada yang belok, lalu Allah berkehendak hamba-Nya selamat, karena kasih sayang-Nya, maka Dia meluruskan dengan “teguran” berupa masalah. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-A’raf [7) ayat 168, “Dan Kami coba mereka dengan  nikmat yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk agar mereka kembali kepada kebenaran.”
Salah niat berarti meremehkan pengawasan Allah SWT. Tidak merasa bersama Allah. Tidak yakin Allah Mahatau isi hati, dan apa pun yang terlintas di hati tercatat sempurna di sisi-Nya pasti dibalas. Salah niat sesungguhnya ujian hati dalam bersyahadat. Lisan berucap tapi hati mendustakan. Sesungguhnya bukti syahadat yang sempurna bisa menjadi motivasi tertinggi dalam melakukan sesuatu. Meyakini semua dari Allah. Diawasi Allah dan ada masa pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Wallahu ‘alam bishawab. (Khairati)

https://dpu-daaruttauhiid.org/web/article/detail/Ada-Apa-di-Hati-Manusia